TABELQODHO & FIDYAH PUASA RAMADHAN Dikutip dari : Buku "Fiqih Praktis Puasa" Oleh : Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah) Bagi Anda yang tahun Ramadhan lalu berhalangan melaksanakan puasa, sehingga MenurutImam Malik, Imam As-Syafi'I, fidyah yang harus dibayarkan sebesar 1 mud gandum (kira-kira 6 ons = 675 gram = 0,75 kg atau seukuran telapak tangan yang ditengadahkan saat berdoa). Mengutip laman Minggu (17/4/2022), sedangkan menurut ulama Hanafiyah, fidyah yang harus dikeluarkan sebesar 2 mud atau setara 1/2 sha gandum. TABEL QODHO & FIDYAH PUASA RAMADHAN) Siapa yang wajib mengqodho atau membayar fidyah dari orang yang boleh meninggalkan puasa? 1. Anak kecil Anak kecil jika sudah baligh maka ia tidak wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah atas puasa yang ditinggalkannya. 2. Orang Gila a. Berikutkami berikan tabel qodho dan fidyah untuk yang meninggalkan puasa ramadhan: *)Silahkan Save / Download Tabel tersebut jika dibutuhkan. A. Cara Qodho dan Fidyah. 1. Anak Kecil. Anak kecil belum bisa membedakan mana baik dan buruk, mana najis mana suci. Sehingga dia tidak wajib qodho' dan fidyah atas puasa yang ia tinggalkan. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Fidyah secara bahasa adalah tebusan. Menurut istilah syariat adalah denda yang wajib ditunaikan karena meninggalkan kewajiban atau melakukan larangan. Syekh Ahmad bin Muhammad Abu al-Hasan al-Mahamili mengklasifikasi fidyah menjadi tiga bagian. Pertama, fidyah senilai satu mud. Kedua, fidyah senilai dua mud. Ketiga, fidyah dengan menyembelih dam binatang Syekh Ahmad bin Muhammad Abu al-Hasan al-Mahamili, al-Lubab, hal. 186. Dalam tulisan ini penulis akan fokus kepada fidyah yang berkaitan dengan ibadah puasa Ramadhan. Merujuk keterangan al-Mahamili di atas, fidyah dalam pembahasan ini masuk kategori pertama, yaitu fidyah senilai satu mud. Kajian mengenai panduan membayar fidyah puasa setidaknya dapat dipetakan dalam beberapa subpembahasan sebagai berikut Kategori Orang yang Wajib Membayar Fidyah 1. Orang tua renta Kakek atau nenek tua renta yang tidak sanggup lagi menjalankan puasa, tidak terkena tuntutan berpuasa. Kewajibannya diganti dengan membayar fidyah satu mud makanan untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Batasan tidak mampu di sini adalah sekiranya dengan dipaksakan berpuasa menimbulkan kepayahan masyaqqah yang memperbolehkan tayamum. Orang dalam jenis kategori ini juga tidak terkena tuntutan mengganti qadha puasa yang ditinggalkan Syekh Zakariyya al-Anshari, Asna al-Mathalib, juz 1, hal. 428. 2. Orang sakit parah Orang sakit parah yang tidak ada harapan sembuh dan ia tidak sanggup berpuasa, tidak terkena tuntutan kewajiban puasa Ramadhan. Sebagai gantinya, ia wajib membayar fidyah. Seperti orang tua renta, batasan tidak mampu berpuasa bagi orang sakit parah adalah sekiranya mengalami kepayahan apabila ia berpuasa, sesuai standar masyaqqah dalam bab tayamum. Orang dalam kategori ini hanya wajib membayar fidyah, tidak ada kewajiban puasa, baik ada’ dalam bulan Ramadhan maupun qadha’ di luar Ramadhan. Berbeda dengan orang sakit yang masih diharapkan sembuh, ia tidak terkena kewajiban fidyah. Ia diperbolehkan tidak berpuasa apabila mengalami kepayahan dengan berpuasa, namun berkewajiban mengganti puasanya di kemudian hari Syekh Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib, juz 2, hal. 397. 3. Wanita hamil atau menyusui Ibu hamil atau wanita yang tengah menyusui, diperbolehkan meninggalkan puasa bila ia mengalami kepayahan dengan berpuasa atau mengkhawatirkan keselamatan anak/janin yang dikandungnya. Di kemudian hari, ia wajib mengganti puasa yang ditinggalkan, baik karena khawatir keselamatan dirinya atau anaknya. Mengenai kewajiban fidyah diperinci sebagai berikut Jika ia khawatir keselamatan dirinya atau dirinya beserta anak /janinya, maka tidak ada kewajiban fidyah. Jika hanya khawatir keselamatan anak/janinnya, maka wajib membayar fidyah. lihat Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi, Fath al-Qarib Hamisy Qut al-Habib al-Gharib, hal. 223. 4. Orang mati Dalam fiqih Syafi’i, orang mati yang meninggalkan utang puasa dibagi menjadi dua Pertama, orang yang tidak wajib difidyahi. Yaitu orang yang meninggalkan puasa karena uzur dan ia tidak memiliki kesempatan untuk mengqadha, semisal sakitnya berlanjut sampai mati. Tidak ada kewajiban apa pun bagi ahli waris perihal puasa yang ditinggalkan mayit, baik berupa fidyah atau puasa. Kedua, orang yang wajib difidyahi. Yaitu orang yang meninggalkan puasa tanpa uzur atau karena uzur namun ia menemukan waktu yang memungkinkan untuk mengqadha puasa. Menurut qaul jadid pendapat baru Imam Syafi’i, wajib bagi ahli waris/wali mengeluarkan fidyah untuk mayit sebesar satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Biaya pembayaran fidyah diambilkan dari harta peninggalan mayit. Menurut pendapat ini, puasa tidak boleh dilakukan dalam rangka memenuhi tanggungan mayit. Sedangkan menurut qaul qadim pendapat lama Imam Syafi’i, wali/ahli waris boleh memilih di antara dua opsi, membayar fidyah atau berpuasa untuk mayit. Qaul qadim dalam permasalahan ini lebih unggul daripada qaul jadid, bahkan lebih sering difatwakan ulama, sebab didukung oleh banyak ulama ahli tarjih. Ketentuan di atas berlaku apabila tirkah harta peninggalan mayit mencukupi untuk membayar fidyah puasa mayit, bila tirkah tidak memenuhi atau mayit tidak meninggalkan harta sama sekali, maka tidak ada kewajiban apa pun bagi wali/ahli waris, baik berpuasa untuk mayit atau membayar fidyah, namun hukumnya sunah Syekh Nawawi al-Bantani, Qut al-Habib al-Gharib, hal. 221-222. 5. Orang yang mengakhirkan qadha Ramadhan Orang yang menunda-nunda qadha puasa Ramadhan—padahal ia memungkinkan untuk segera mengqadha—sampai datang Ramadhan berikutnya, maka ia berdosa dan wajib membayar fidyah satu mud makanan pokok untuk per hari puasa yang ditinggalkan. Fidyah ini diwajibkan sebagai ganjaran atas keterlambatan mengqadha puasa Ramadhan. Berbeda dengan orang yang tidak memungkinkan mengqadha, semisal uzur sakit atau perjalanannya safar berlanjut hingga memasuki Ramadhan berikutnya, maka tidak ada kewajiban fidyah baginya, ia hanya diwajibkan mengqadha puasa. Menurut pendapat al-Ashah, fidyah kategori ini menjadi berlipat ganda dengan berlalunya putaran tahun. Semisal orang punya tanggungan qadha puasa sehari di tahun 2018, ia tidak kunjung mengqadha sampai masuk Ramadhan tahun 2020, maka dengan berlalunya dua tahun dua kali putaran Ramadhan, kewajiban fidyah berlipat ganda menjadi dua mud. Syekh Jalaluddin al-Mahalli menjelaskan ومن أخر قضاء رمضان مع إمكانه بأن كان مقيما صحيحا. حتى دخل رمضان آخر لزمه مع القضاء لكل يوم مد وأثم كما ذكره في شرح المهذب وذكر فيه أنه يلزم المد بمجرد دخول رمضان، أما من لم يمكنه القضاء، بأن استمر مسافرا أو مريضا حتى دخل رمضان فلا شيء عليه بالتأخير، لأن تأخير الأداء بهذا العذر جائز فتأخير القضاء أولى بالجواز. “Orang yang mengakhirkan qadha Ramadhan padahal imkan ada kesempatan, sekira ia mukim dan sehat, hingga masuk Ramadhan yang lain, maka selain qadha ia wajib membayar satu mud makanan setiap hari puasa yang ditinggalkan, dan orang tersebut berdosa seperti yang disebutkan al-Imam al-Nawawi dalam Syarh al-Muhadzab. Di dalam kitab tersebut, beliau juga menyebut bahwa satu mud makanan diwajibkan dengan masuknya bulan Ramadhan. Adapun orang yang tidak imkan mengqadha, semisal ia senantiasa bepergian atau sakit hingga masuk Ramadhan berikutnya, maka tidak ada kewajiban fidyah baginya dengan keterlambatan mengqadha. Sebab mengakhirkan puasa ada’ disebabkan uzur baginya adalah boleh, maka mengakhirkan qadha tentu lebih boleh”. والأصح تكرره أي المد. بتكرر السنين والثاني لا يتكرر أي يكفي المد عن كل السنين. “Menurut pendapat al-ashah, satu mud menjadi berlipat ganda dengan berlipatnya beberapa tahun. Menurut pendapat kedua, tidak menjadi berlipat ganda, maksudnya cukup membayar satu mud dari beberapa tahun yang terlewat”. Syekh Jalaluddin al-Mahalli, Kanz al-Raghibin, juz 2, hal. 87. Kadar dan Jenis Fidyah Kadar dan jenis fidyah yang ditunaikan adalah satu mud makanan pokok untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Makanan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia adalah beras. Ukuran mud bila dikonversikan ke dalam hitungan gram adalah 675 gram atau 6,75 ons. Hal ini berpijak pada hitungan yang masyhur, di antaranya disebutkan oleh Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu. Sementara menurut hitungan Syekh Ali Jumah dalam kitab al-Makayil wa al-Mawazin al-Syar’iyyah, satu mud adalah 510 gram atau 5,10 ons. Alokasi Fidyah Fidyah wajib diberikan kepada fakir atau miskin, tidak diperbolehkan untuk golongan mustahiq zakat yang lain, terlebih kepada orang kaya. Alokasi fidyah berbeda dengan zakat, karena nash Al-Qur’an dalam konteks fidyah hanya menyebut miskin “fa fidyatun thaâmu miskin” QS al-Baqarah ayat 184. Sedangkan fakir dianalogikan dengan miskin dengan pola qiyas aulawi qiyas yang lebih utama, sebab kondisi fakir lebih parah daripada miskin Syekh Khothib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 2, hal. 176. Per satu mud untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan merupakan ibadah yang terpisah/independen, oleh karenanya diperbolehkan mengalokasikan beberapa mud untuk beberapa puasa yang ditinggalkan kepada satu orang fakir/miskin. Semisal fidyah puasa orang mati 10 hari, maka 10 mud semuanya boleh diberikan kepada satu orang miskin. Berbeda halnya dengan satu mud untuk jatah pembayaran fidyah sehari, tidak diperbolehkan diberikan kepada dua orang atau lebih. Semisal fidyah puasa wanita menyusui 1 hari, maka satu mud fidyah tidak boleh dibagi dua untuk diberikan kepada dua orang fakir. Begitu juga, fidyah puasa ibu hamil 2 hari tidak cukup diberikan kepada 4 orang miskin. Syekh Khathib al-Syarbini menjelaskan وله صرف أمداد من الفدية إلى شخص واحد لأن كل يوم عبادة مستقلة، فالأمداد بمنزلة الكفارات، بخلاف المد الواحد فإنه لا يجوز صرفه إلى شخصين؛ لأن كل مد فدية تامة، وقد أوجب الله تعالى صرف الفدية إلى الواحد فلا ينقص عنها “Boleh mengalokasikan beberapa mud dari fidyah kepada satu orang, sebab masing-masing hari adalah ibadah yang menyendiri, maka beberapa mud diposisikan seperti beberapa kafarat, berbeda dengan satu mud untuk sehari, maka tidak boleh diberikan kepada dua orang, sebab setiap mud adalah fidyah yang sempurna. Allah telah mewajibkan alokasi fidyah kepada satu orang, sehingga tidak boleh kurang dari jumlah tersebut”. Syekh Khothib al-Syarbini, Mughni al-Muhtaj, juz 2, hal. 176. Tata Cara Niat Fidyah Fidyah adalah ibadah yang berkaitan dengan harta, sehingga disyaratkan niat dalam pelaksanaannya seperti zakat dan kafarat. Disebutkan dalam himpunan fatwa Imam Muhammad al-Ramli سئل هل يلزم الشيخ الهرم إذا عجز عن الصوم وأخرج الفدية النية أم لا “Imam al-Ramli ditanya, apakah orang tua renta yang lemah berpuasa dan mengeluarkan fidyah wajib niat atau tidak? فأجاب بأنه تلزمه النية لأن الفدية عبادة مالية كالزكاة والكفارة فينوي بها الفدية لفطره “Imam al-Ramli menjawab bahwa ia wajib niat fidyah, sebab fidyah adalah ibadah harta seperti zakat dan kafarat, maka niatkanlah mengeluarkan fidyah karena tidak berpuasa Ramadhan” Syekh Muhammad al-Ramli, Fatawa al-Ramli, juz 2, hal. 74. Berikut contoh tata cara niat dalam penunaian fidyah ● Contoh niat fidyah puasa bagi orang sakit keras dan orang tua renta نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هٰذِهِ الْفِدْيَةَ لإِفْطَارِ صَوْمِ رَمَضَانَ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى “Aku niat mengeluarkan fidyah ini karena berbuka puasa di bulan Ramadhan, fardhu karena Allah.” ● Contoh niat fidyah bagi wanita hamil atau menyusui نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هٰذِهِ الْفِدْيَةَ عَنْ إِفْطَارِ صَوْمِ رَمَضَانَ لِلْخَوْفِ عَلَى وَلَدِيْ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى “Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan berbuka puasa Ramadhan karena khawatir keselamatan anaku, fardhu karena Allah.” ● Contoh niat fidyah puasa orang mati dilakukan oleh wali/ahli waris نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هٰذِهِ الْفِدْيَةَ عَنْ صَوْمِ رَمَضَانِ فُلَانِ بْنِ فُلَانٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى “Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan puasa Ramadhan untuk Fulan bin Fulan disebutkan nama mayitnya, fardhu karena Allah”. ● Contoh niat fidyah karena terlambat mengqadha puasa Ramadhan نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ هٰذِهِ الْفِدْيَةَ عَنْ تَأْخِيْرِ قَضَاءِ صَوْمِ رَمَضَانَ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى “Aku niat mengeluarkan fidyah ini dari tanggungan keterlambatan mengqadha puasa Ramadhan, fardhu karena Allah”. Niat fidyah boleh dilakukan saat menyerahkan kepada fakir/miskin, saat memberikan kepada wakil atau setelah memisahkan beras yang hendak ditunaikan sebagai fidyah. Hal ini sebagaimana ketentuan dalam bab zakat. Waktu Mengeluarkan Fidyah Fidyah puasa untuk orang mati diperbolehkan dilakukan kapan saja, tidak ada ketentuan waktu khusus dalam fiqih turats. Sedangkan fidyah puasa bagi orang sakit keras, tua renta dan ibu hamil/menyusui diperbolehkan dikeluarkan setelah subuh untuk setiap hari puasa, boleh juga setelah terbenamnya matahari di malam harinya, bahkan lebih utama di permulaan malam. Boleh juga diakhirkan di hari berikutnya atau bahkan di luar bulan Ramadhan. Tidak cukup mengeluarkan fidyah sebelum Ramadhan, juga tidak sah sebelum memasuki waktu maghrib untuk setiap hari puasa. Ringkasnya, waktu pelaksanaan fidyah minimal sudah memasuki malam hari terbenamnya matahari untuk setiap hari puasa, boleh juga dilakukan setelah waktu tersebut. Al-Imam Muhammad al-Ramli pernah ditanya perihal tata cara niat fidyah bagi orang tua renta sebagai berikut وما كيفيتها وما كيفية إخراج الفدية هل يتعين إخراج فدية كل يوم فيه أو يجوز إخراج فدية جميع رمضان دفعة سواء كان في أوله أو في وسطه أو لا؟ “Bagaimana cara niat fidyah? Bagaimana cara mengeluarkan fidyah, apakah menjadi keharusan mengeluarkan fidyah setiap hari di dalam hari tersebut? Apakah boleh mengeluarkan fidyah keseluruhan Ramadhan dengan sekaligus, di awal Ramadhan atau tengahnya?”. Beliau menjawab ويتخير في إخراجها بين تأخيرها وبين إخراج فدية كل يوم فيه أو بعد فراغه ولا يجوز تعجيل شيء منها لما فيه من تقديمها على وجوبه لأنه فطرة. Ia orang tua renta diperkenankan memilih antara mengakhirkan penunaian fidyah dan mengeluarkan fidyah di setiap harinya, di dalam hari tersebut atau setelah selesainya hari tersebut. Tidak boleh mempercepat fidyah dari waktu-waktu tersebut, sebab terdapat unsur mendahulukan fidyah dari kewajibannya seseorang, yaitu berbuka puasa” Syekh Muhammad al-Ramli, Fatawa al-Ramli, juz 2, hal. 74. Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani menjelaskan ولا يجوز للهرم والزمن ومسن اشتدت مشقة الصوم علیه وللحامل والمرضع تعجيل المد قبل رمضان بل لا يجوز تعجیل فدية يوم قبل دخول ليلته، كما لا يجوز تعجيل الزكاة لعامين. ويجوز التعجيل بعد فجر كل يوم من رمضان، بل يجوز بعد غروب الشمس في ليلة كل يوم بل يندب في أول ليلة “Tidak boleh bagi orang sangat tua, orang pincang, orang berumur yang mengalami kepayahan berpuasa, ibu hamil dan ibu menyusui, mempercepat penunaian fidyah satu mud sebelum Ramadhan, bahkan tidak boleh mempercepat fidyah untuk hari tertentu sebelum memasuki malamnya, sebagaimana tidak boleh mempercepat penunaian zakat untuk masa dua tahun. Boleh mempercepat fidyah setelah terbitnya fajar pada masing-masing hari dari bulan Ramadhan, bahkan boleh mempercepat fidyah setelah terbenamnya matahari di waktu malam untuk setiap harinya, bahkan sunah ditunaikan di permulaan malam”. Syekh Nawawi al-Bantani, Qut al-Habib al-Gharib, hal. 223. Fidyah dengan Uang Sebagaimana penjelasan di atas, harta yang dikeluarkan untuk fidyah disyaratkan berupa makanan pokok daerah setempat. Tidak cukup menggunakan harta jenis lain yang bukan merupakan makanan pokok, semisal uang, daging, tempe, dan lain-lain. Ini adalah pendapat mayorits ulama mazhab empat, yaitu Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. Pendapat ini berargumen dengan nash syariat yang secara tegas memerintahkan untuk memberi makanan pokok kepada fakir/miskin, bukan memberi jenis lain Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, hal. 7156. Sedangkan menurut Hanafiyah, fidyah boleh ditunaikan dalam bentuk qimah nominal yang setara dengan makanan yang dijelaskan dalam nash Al-Qur’an atau hadits, misalnya ditunaikan dalam bentuk uang. Ulama Hanafiyyah cenderung lebih longgar memahami teks-teks dalil agama yang mewajibkan pemberian makan kepada fakir miskin. Menurutnya, maksud pemberian makanan untuk fakir miskin adalah memenuhi kebutuhan mereka, dan tujuan tersebut bisa tercapai dengan membayar qimah nominal harta yang sebanding dengan makanan. Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, hal. 7156. Konsep jenis makanan pokok yang dinominalkan versi Hanafiyyah terbatas pada jenis-jenis makanan yang tercantum secara eksplisit dalam hadits Nabi, yaitu kurma, al-burr gandum/tepungnya, anggur, dan al-sya’ir jerawut. Hanafiyyah tidak memakai standar makanan pokok sesuai daerah masing-masing. Adapun kadarnya adalah satu sha’ untuk jenis kurma, jerawut, dan anggur menurut sebagian pendapat, kadarnya anggur adalah setengah sha’. Sedangkan gandum atau tepungnya adalah setengah sha’ untuk setiap hari puasa yang ditinggalkan. Ringkasnya, ketentuan kadar, jenis dan kebolehan menunaikan qimah dalam fidyah menurut perspektif Hanafiyah sama dengan ketentuan dalam bab zakat fitrah Syekh Ahmad bin Muhammad al-Thahthawi al-Hanafi, Hasyiyah ala Maraqil Falah, hal. 688. Ukuran satu sha’ menurut Hanafiyyah menurut hitungan versi Syekh Ali Jum’ah dan Muhammad Hasan adalah 3,25 kg, berarti setengah sha’ adalah 1,625 kg. Sedangkan menurut hitungan versi Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqih al-Islami adalah 3,8 kg, berarti setengah sha’ adalah 1,9 kg. Dengan demikian, cara menunaikan fidyah dengan uang versi Hanafiyyah adalah nominal uang yang sebanding dengan harga kurma, anggur atau jerawut, seberat satu sha’ 3,8 kg atau 3,25 kg untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya berlaku kelipatan puasa yang ditinggalkan. Bisa juga memakai nominal gandum atau tepungnya seberat setengah sha’ 1,9 kg atau 1,625 kg untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya berlaku kelipatan puasa yang ditinggalkan. Demikianlah mengenai panduan membayar fidyah puasa. Semoga bermanfaat. Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat. Di Jumat terakhir bulan Sya’ban 1442 H ini dan 4 hari lagi menuju Ramadhan, adakah sahabat UCare yang masih memiliki hutang puasa Ramadhan? Yang mana puasa Ramadhan ini menjadi ibadah wajib yang perlu ditunaikan umat islam, kecuali ada halangan secara syar’i. Puasa ini juga masuk ke dalam rukun islam yang ketiga. Ketika seorang muslim menjalankan puasa, maka menjadikan ia bertakwa. Perintah berpusa memang sejak dulu ada, telah diperintahkan kepada orang-orang terdahulu, sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman, yang artinya “Hai, orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” QS. Al-Baqarah 183 Namun Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Pengasih memberikan kemudahan untuk hambaNya. Bilamana ada umatnya yang tidak berpuasa karena mengalami alasan secara syariat, maka dapat mengganti puasanya dengan qodho atau membayar fidyah. Menunaikan fidyah dengan cara memberi makan kepada orang miskin sesuai dengan hari yang ditinggalkan. Lalu, siapa saja orang yang boleh membayar Fidyah? Kita cek dulu tabel Qodho dan Fidyah di bawah ini NoOrang yang Diizinkan Tidak Berpuasa RamadhanQodhoFidyah1Orang yang Sakit Ada harapan sembuhvx Orang yang Sakit Parah, Tidak ada harapan sembuhxv2Musafir Orang yang bepergianvx3Orang tua renta/ Lanjut Usiaxv4Ibu Hamil & Menyusui Khawatir akan dirinyavx Khawatir diri sendiri dan bayinyavx Khawatir akan bayinya sajavv5Anak Kecilxx6Orang gila yang tidak disengajaxx Orang gila yang disengajavx7Haidvx8Nifasvx Sumber Majelis Al-Bahjah V wajib membayarnya X tidak wajib membayarnya Lalu, bagaimana cara menghitung Fidyah? Jumlah hutang puasa x harga 0,675 kg bahan makanan yang cukup untuk sehari = jumlah fidyah yang dibayarkan Misalnya Rp 15,000 perkiraan harga satu kali makan x 3 kali makan Rp 45,000 Rp 45,000 x 7 hari hutang puasa Rp 315,000 Jadi total fidyah yang harus dibayarkan sejumlah Rp 315, 000 Sudah tahu berapa nominal yang harus ditunaikan untuk membayar fidyah, tapi masih bingung untuk membayarnya dimana? UCare Indonesia bisa membantu sahabat untuk menyalurkannya. Berikut adalah 2 cara mudah untuk menunaikan fidyah di UCare Indonesia Sahabat bisa membayar fidyah secara online via Kitabisa di bisa langsung membayar fidyah via online dengan transfer langsung ke rekening UCare Indonesia BSM 7100 3000 14 Mandiri 167 000 2432 085 BNI Syariah 068 566 4701 Yayasan Ukhuwah Care Indonesia Untuk Konfirmasi dan informasi ke Telp. 021 8896 0316 Hotline. +62 813 1915 7503 Melalui fidyah yang sahabat DarmaCare tunaikan, akan banyak membantu kaum yang papa lagi dhuafa untuk rasakan keberkahannya. Yuk, bayar fidyah di UCare Indonesia. Bagi Anda yang tahun Ramadhan lalu berhalangan melaksanakan puasa, sehingga perlu mengqodho / membayar fidyah. Berikut tabel lebih jelasnya siapa saja orang yang wajib mengqodho / membayar fidyah ketika meninggalkan puasa Ramadhan dari 9 orang yang boleh meninggalkan puasa. Sehingga dapat dibayarkan di bulan Syaban sebelum memasuki Anak kecil Anak kecil jika sudah baligh maka ia tidak wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah atas puasa yang ditinggalkannya. 2. Orang Gila a. Gila yang disengaja wajib meng-qodho’ saja dan tidak wajib mem-bayar fidyah. b. Gila yang tidak disengaja tidak wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah 3. Orang Sakit a. Sakit yang masih ada harapan sembuh wajib mengqodho’ jika sembuh dan tidak wajib membayar fidyah. b. Sakit yang menurut keterangan dokter sudah tidak ada harapan sembuh maka ia tidak wajib meng-qodho’ akan tetapi hanya wajib membayar fidyah setiap hari yang ia tinggalkan dengan 1 mud atu 6,7 ons diberikan kepada fakir miskin dengan makanan Seperti beras. 4. Orang Tua Orang tua disamakan dengan orang sakit yang tidak diharapkan kesem-buhannya. Karena orang tua tidak akan kembali muda. Maka baginya tidak wajib mengqodho’ dan hanya wajib membayar fidyah 1 mud atau 6,7 ons diberikan kepada fakir miskin. 5. Orang Musafir Orang yang bepergian hanya wajib mengqodho saja dan tidak wajib mem-bayar fidyah. 6 dan 7. Wanita Hamil dan Menyusui Wanita hamil dan menyusui ada tiga macam a. Wajib mengqodho’ saja jika dia khawatir akan dirinya sendiri b. Wajib mengqodho’ saja jika dia khawatir akan dirinya sendiri sekaligus khawatir keadaan anak-nya c. Wajib mengqodho’ dan membayar fidyah jika dia khawatir akan keselamatan bayinya dan tidak khawatir akan dirinya sendiri. 8. Wanita Haid Wanita haid hanya wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah. 9. Wanita Nifas Wanita Nifas hanya wajib mengqodho dan tidak wajib membayar fidyah Dikutip dari Buku “Fiqih Praktis Puasa” Oleh BUYA YAHYA Pengasuh LPD Al-Bahjah Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 164530 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8485e55f0a06c4 • Your IP • Performance & security by Cloudflare

tabel qodho dan fidyah